RESENSI BUKU “SEMANGAT DAN
PERJUANGAN MGR. ALBERTUS SOEGIJAPRANATA, SJ”
Judul Buku : Semangat dan
Perjuangan
MGR. Albertus Soegijapranata, SJ
Penulis : Theodorus
Sudimin & Yohanes Gunawan, Pr.
Penerbit : PT Kanisius
Editor :
Widiantoro
Rancang Sampul dan Isi : Sungging
Tahun Terbit : 2005
ISBN :
987-979-21-4363-8
Tebal Halaman : 144 Halaman
USKUPKU PAHLAWANKU
Semangat
nasionalisme dan semangat perjuangan sekaligus keteguhan iman katholik
diajarkan Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ kepada masyarakat pribumi yang pada
waktu itu berada pada keadaan tertekan. Dimana masyarakat pribumi yang beragama
katholik sering disebut dan dicurigai sebagai antek – antek penjajah (Belanda). Uskup yang sering disebut Soegija
ini mengajarkan kepada umat bahwa meskipun agama/keyakinan kita sama dengan
para penjajah, tapi bukan berarti kita ini sama dengan mereka. Itulah awal mula
terciptanya semboyan “100% Katholik, 100% Indonesia”. Yang mana semboyan
tersebut sangat populer di zaman dulu bahkan hingga sekarang semboyan tersebut
masih tergema – gema, di mulut maupun di telinga Orang Muda Katholik masa kini,
untuk meyakinkan pada masyarakat bangsa bahwa menjadi katholik bukanlah menjadi
anti nasionalis. Semangat ini juga ditanamkan oleh salah satu universitas
swasta katholik di kota Semarang, yang mana nama universitas tersebut
menggunakan nama “Soegijapranata” sebagai nama pelindung dan juga nama
universitas itu sendiri. Universitas yang sudah berdiri sejak 5 Agustus 1982 ini
tidak lelahnya memberikan semangat dan motivasi kepada para mahasiswa –
mahasiswinya tentang teladan yang diberikan oleh Mgr. Soegijapranata ini.
Soegija dilahirkan pada tanggal 25 November 1896 sebagai
anak kelima dari kesembilan bersaudara. Beliau berasal dari keluarga abdi dalem
keraton Surakarta yang memiliki suasana budaya Jawa yang sangat kental. Karena
keseharian soegija yang memiliki lingkungan ber-adatkan Jawa, hal ini secara
tidak langsung membuat dirinya paham akan nilai – nilai hidup ke-Jawa-an atau
yang biasa disebut kejawen. Terlebih
lagi beliau sangat menyukai kesenian Jawa terutama nembang Jawa. Salah satu tembang yang ia sukai adalah tembang dari
Wedhatama pupuh 84. Nama soegija sendiri berasal dari bahasa Jawa, yaitu
“soegih” (kaya). Dengan harapan orang tuanya kelak ia akan menjadi orang yang
kaya/soegih.
Soegija sendiri lahir dari keluarga Muslim, lalu ketika
pindah ke kota Yogyakarta saat beliau masih kecil, karena diakui sebagai anak
yang cerdas, pada tahun 1909 Soegija
diminta oleh Pater Frans van Lith untuk bergabung dengan sebuah sekolah Yesuit
di Muntilan. Disana soegija menjadi tertarik dengan agama Katholik dan dibaptis
pada 24 Desember 1910. Mgr. Soegijapranata adalah sosok yang sangat membela
gereja dan tanah airnya. Hal ini terlihat ketika menghadapi tentara Jepang yang
bermaksud mengambil alih gedung gereja Randusari demi kepentingan pribadi
mereka, beliau menjawab : “Penggal dulu kepala saya, maka anda boleh
memakainya.”
Ketika Bangsa Indonesia menyatakan kedaulatan kemerdekaan,
Vatikan adalah bangsa pertama yang mau mengakui kedaulatan Bangsa Indonesia.
Itu juga berkat Mgr. Soegijapranata yang mengirimkan surat permohonan kepada
pihak Vatikan. Ketika ibu kota Indonesia pindah ke Yogyakarta pada saat Agresi
Militer Belanda, Mgr. Soegijapranata juga memindahkan tempat tinggal dan pusat
pelayanan dari Semarang ke Yogjakarta sebagai bentuk sikap ke mana Gereja
Katholik Indonesia berpihak.
Keimanan Katholik, semangat nasionalisme dan patriotisme
ditanamkan oleh Mgr. Soegijapranata lewat pengajarannya kepada masyarakat
pribumi melalui semangat kebangsaan. Di negara bangsa indonesia yg memiliki
kalangan masyarakat multikultural ini, diperlukan sikap nasionalisme dan
toleransi yang tinggi. Pengajaran Mgr. Soegijopranata terhadap nilai
nasionalisme menyadarkan bahwa sikap toleransi diperlukan agar bangsa dan
negara dapat lebih maju, sejahtera dan makmur.
Ditengah keadaan Bangsa Indonesia yang saat ini masih
sering terjadi perdebatan dan perselisihan antar golongan yang terjadi karena
dipicu oleh gesekan perihal keagamaan, dan dibesar – besarkan oleh oknum yang
hanya membuat perpecahan dan membutakan masyarakat akan pentingnya kesatuan dan
persatuan. Maka, melalui semangat yang telah disebarkan oleh Mgr.
Soegijapranata marilah kita sebagai generasi terpelajar masa kini turut
membantu dalam tegaknya kembali persatuan dan kesatuan yang telah lama
diperjuangkan oleh pahlawan dan tokoh nasional terdahulu. Terlebih lagi, mari
mencontoh sikap dan teladan Mgr. Soegijapranata yang selalu mengedepankan
kepentingan kenegaraan dibanding masalah golongan. Walaupun beliau berasal dari
kaum minoritas, dan sempat terkucil bahkan disebut kaki tangan penjajah, namun
semangat beliau untuk bangsa & negaranya adalah sebuah transfromasi / perubahan yang menginspirasi.
Lewat buku ini, bukan hanya Mahasiswa –Mahasiswi UNIKA
SOEGIJAPRANATA, namun orang yang membaca buku ini akan dapat benar – benar
memahami semangat dan perjuangan Mgr. Albertus Soegijapranata, SJ.
Kelebihan :
·
Menumbuhkan semangat nasionalisme
·
Keteguhan keimanan Katholik
Kekurangan :
·
Memiliki alur yang maju mundur sehingga
dapat membuat pembaca terkadang menjadi sedikit kurang paham