Teknologi
Dalam Kehidupan Para Bruder
Perkembangan
umat katolik dewasa ini semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Hal ini terwujud karena pemerintah
telah mencurahkan perhatian pada pembangunan spiritual, termasuk di dalamnya
pembinaan hidup beragama. Umat katolik di Indonesia yang terbagi dalam beberapa
Keuskupan Agung, sejumlah keuskupan, dan puluhan paroki tersebut semakin
meningkat jumlah dan mobilitasinya. Dengan demikian, tuntutan pelayanannya,
baik yang bersifat administratif, maupun layanan rohani seperti konsultasi,
perhatian dan sapaan, informasi dan berita, dan lain sebagainya, pun turut
meningkat.
Meskipun
Gereja katolik telah membagi area pelayanan secara territorial dalam bentuk
paroki, tetapi Teknologi Informasi (TI) memungkinkan umat memiliki mobilitas yang tinggi. Oleh
karena itu, para pelayanan gereja, seperti bruder, tentu saja dihadapkan pada
tantangan yang tidak mudah untuk mengenal, menyapa, dan melayani mereka.
Perangkat TIK
Saat
ini, Teknologi
Informasi dan
Komunikasi
(TIK) berkembang sangat pesat. Meskipun sebagian kalangan masih mengangap TIK
sebagai barang mewah yang tidak cocok untuk dimiliki oleh “kaum berjubah”,
tetapi realitas menunjukan hal yang berbeda. Tidak sedikit umat yang telah
memiliki teknologi tersebut atau sedikitnya sudah familiar dengan perangkat
tersebut, karena mereka telah mengunakanya baik di sekolah, kantor atau di
tempat persewaan dan di rumah. Terlebih lagi, perangkat TIK cenderung semakin
mudah untuk dioperasikan dan harganya cenderung semakin terjangkau.
Tentu
saja, pemilikan perangkat TIK, khusunya komputer dan internet, masih belum
merata. Namun demikian, umat daerah perkotaan telah memasuki era teknologi ini.
Oleh karena itu, sudah saatnya para bruder untuk mendekatkan diri dengan
perangkat tersebut agar dapat mengenal, menyapa, dan melayani mereka.
Pada
umunya, yang dimaksud dengan perangkat TIK ini antara lain komputer dan
peralatan pendukungnya, seperti printer dan scanner, serta jaringan komputer dan
intenet yang dapat menghubungkan satu komputer dengan komputer yang lain,
sehingga antar komputer tersebut dapat saling terhubung. Sedangkan perangkat
komunikasi yang sedang “naik daun” adalah ponsel dengan fitur komputasi,
internet dan visual (4G). para pengguna tentu akan semakin menikmati kemudahan,
kecanggihan, dan manfaat dari perangkat-perangkat tersebut. Perangkat-perangkat
itu dapat dapat didaya gunakan oleh para bruder untuk mengolah data
administrasi kerumah tanggaan
gereja, kongregasi, sekolah, atau rumah sakit yang dikelola. Perangkat tersebut
juga dapat digunakan untuk berkomunikasi, baik secara pribadi maupun secara
massal, sehingga para bruder dapat menjalankan tugas pengutusan sebagai saksi
kristus (bdk. Lukas 4:43; Lukas 24:48;
KisRas 1:8).
Penggunaan fasilitas
Pengalaman penulis dalam mendampingi SMA Pangudi
Luhur Van Lith (sekitar tahun 1996-1997), SMA Pangudi Luhur Giriwoyo Wonogiri
(1995-sekarang) dan saat mengunjungi SMA Pangudi Luhur St. Yohanes ketapang
(11-13 januari 2009), menunjukan bahwa sebenarnya fasilitas kongregasi FIC,
khususnya yang terlihat di sekolah-sekolah, sudah sangat memadahi.
Namun,
fasilitas ini tampak belum digunakan secara optimal, baik untuk keperluan
sekolah maupun keperluan misi dari kongregasi. Peralatan yang tersedia
sebenarnya dapat digunakan untuk pelatihan agar para bruder semakin maksimal
dalam mengemban karya- karya misinya, khusunya yang berkaitan dengan tugas pengutusan
sebagai saksi kristus.
Perangkat
komputer di
ruang laboratorium dapat digunakan untuk membuka penerbitan buku ajar, renungan
harian, poster rohani, kesaksian iman katolik dan warta gereja, serta animasi
atau bahkan film pendek. Selain itu, fasilitas internet yang ada dapat
digunakan untuk mengelola situs web kongregasi khususnya layanan konsultasi online dan layanan rohani secara
elektronik lainnya.
Bijak berteknologi
Kemampuan
untuk menggunakan perangkat TI, khususnya internet, dikenal sebagai e-Literacy, artinya tidak semata dapat
mengoperasikan internet melainkan para bruder juga dapat mendayagunakannya
untuk mendukung aktivitas sehari-hari, seperti pertemuan katekumen, rapat kerja
kongregasi, konsultasi, belajar mengajar, atau kegiatan lainnya yang dilakukan
secara online.
E-literacy baru dimiliki oleh sedikit orang. Hal itu
diakibatkan oleh terbatasnya penyediaan infrastruktur intenet, sedikitnya program,
dan dana sosialisasi internet. Selain itu, terbatasnya jumlah SDM (Sumber Daya
Manusia) yang mampu untuk membagikan pengetahuan dan keterampilan
berinternet-nya kepada masyarakat.
Sebenarnya, para bruder dapat mengajar anak-anak muda untuk menggunakan
internet guna memperkembangkan hidupnya, seperti membuka toko, kursus, atau
situs bisnis yang menjual karya- karya desain grafis secara online yang tidak menuntut modal finansial yang besar.
Pemanfaatan
internet secara optimal tentu saja tidak hanya membutuhkan e-literacy semata. Hal ini didukung juga dengan kemapmuan
pendayagunakan informasi sesuai dengan konteks yang dihadapinya yang disebut dengan
istilah information literacy
(i-literacy).
Disini
artinya, pengguna tidak cukup hanya mampu menemukan informasi melalui mesin
pencari (search engine) saja, tetapi
dapat mendayagunakannya untuk sejumlah keperluan yang positif dan menghasilkan
nilai lebih secara signifikan. Disamping itu, pengguna juga mampu mengolahnya
menjadi sumber daya pengetahuan, misalnya, dari informasi- informasi yang
diperoleh di internet lalu diolah menjadi buku, sehingga penulisnya akan
mendapatkan royaliti.
TIK di Tangan Bruder
Teknologi
menjadi penting bagi para bruder, khususnya para bruder dalam kongregasi FIC
yang lebih banyak bergerak dalam bidang pendidikan. TIK dapat dioptimalkan
untuk meningkatkan kualitas pengajaran. Melalui TIK, para bruder dapat
memperoleh berbagai macam materi ajar yang baru, sehingga para siswa yang
dibimbing dapat didorong untuk menggunakan teknologi dan dapat memperkembangkan
dirinya. Selain itu, para bruder dapat ikut mengelola kehidupan berjemaat
dengan teknologi tersebut.
Para
bruder dapat mempelopori untuk menciptakan transparansi sistem manajemen,
khususnya keuangan dengan TIK. Kendali dan kontrol terhadap manajemen dan
keuangan sekolah dan kongregasi dapat dilakukan dengan teknologi ini. Para
bruder dapat menjalankan tugas pendampingan umat melalui teknologi ini,
terlebih saat ini anak-anak muda sudah sangat akrab dengan TIK.
Sapaan
dan bimbingan rohani dapat dilakukan melalui perangkat-perangkat ini.
Modernisasi ini diperlukan untuk meremajakan layanan dan kiprah para bruder di
tengah umat. Para bruder juga dapat membuat komunitas online dengan para pengusaha, sehingga para bruder dapat memberikan
layanan rohani dan sebaliknya para pengusaha dapat memberikan beasiswa ataupun
bantuan lainnya, karena mendapatkan informasi yang cepat dan akurat dari para
bruder.
Dengan
demikian, TIK merupakan alat semata. Para bruder dapat menentukan pemanfaatan
dan fungsinya sesuai dengan hidup panggilan para bruder.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar