Minggu, 13 Agustus 2017

Teknologi Dalam Kehidupan Para Bruder

   Teknologi Dalam Kehidupan Para Bruder

            Perkembangan umat katolik dewasa ini semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Hal ini terwujud karena pemerintah telah mencurahkan perhatian pada pembangunan spiritual, termasuk di dalamnya pembinaan hidup beragama. Umat katolik di Indonesia yang terbagi dalam beberapa Keuskupan Agung, sejumlah keuskupan, dan puluhan paroki tersebut semakin meningkat jumlah dan mobilitasinya. Dengan demikian, tuntutan pelayanannya, baik yang bersifat administratif, maupun layanan rohani seperti konsultasi, perhatian dan sapaan, informasi dan berita, dan lain sebagainya, pun turut meningkat.
            Meskipun Gereja katolik telah membagi area pelayanan secara territorial dalam bentuk paroki, tetapi Teknologi Informasi (TI) memungkinkan umat memiliki mobilitas yang tinggi. Oleh karena itu, para pelayanan gereja, seperti bruder, tentu saja dihadapkan pada tantangan yang tidak mudah untuk mengenal, menyapa, dan melayani mereka.

Perangkat TIK
            Saat ini, Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) berkembang sangat pesat. Meskipun sebagian kalangan masih mengangap TIK sebagai barang mewah yang tidak cocok untuk dimiliki oleh “kaum berjubah”, tetapi realitas menunjukan hal yang berbeda. Tidak sedikit umat yang telah memiliki teknologi tersebut atau sedikitnya sudah familiar dengan perangkat tersebut, karena mereka telah mengunakanya baik di sekolah, kantor atau di tempat persewaan dan di rumah. Terlebih lagi, perangkat TIK cenderung semakin mudah untuk dioperasikan dan harganya cenderung semakin terjangkau.
            Tentu saja, pemilikan perangkat TIK, khusunya komputer dan internet, masih belum merata. Namun demikian, umat daerah perkotaan telah memasuki era teknologi ini. Oleh karena itu, sudah saatnya para bruder untuk mendekatkan diri dengan perangkat tersebut agar dapat mengenal, menyapa, dan melayani mereka.
            Pada umunya, yang dimaksud dengan perangkat TIK ini antara lain komputer dan peralatan pendukungnya, seperti printer dan scanner, serta jaringan komputer dan intenet yang dapat menghubungkan satu komputer dengan komputer yang lain, sehingga antar komputer tersebut dapat saling terhubung. Sedangkan perangkat komunikasi yang sedang “naik daun” adalah ponsel dengan fitur komputasi, internet dan visual (4G). para pengguna tentu akan semakin menikmati kemudahan, kecanggihan, dan manfaat dari perangkat-perangkat tersebut. Perangkat-perangkat itu dapat dapat didaya gunakan oleh para bruder untuk mengolah data administrasi kerumah tanggaan gereja, kongregasi, sekolah, atau rumah sakit yang dikelola. Perangkat tersebut juga dapat digunakan untuk berkomunikasi, baik secara pribadi maupun secara massal, sehingga para bruder dapat menjalankan tugas pengutusan sebagai saksi kristus (bdk. Lukas 4:43; Lukas 24:48;  KisRas 1:8).

Penggunaan fasilitas
            Pengalaman penulis dalam mendampingi SMA Pangudi Luhur Van Lith (sekitar tahun 1996-1997), SMA Pangudi Luhur Giriwoyo Wonogiri (1995-sekarang) dan saat mengunjungi SMA Pangudi Luhur St. Yohanes ketapang (11-13 januari 2009), menunjukan bahwa sebenarnya fasilitas kongregasi FIC, khususnya yang terlihat di sekolah-sekolah, sudah sangat memadahi.
            Namun, fasilitas ini tampak belum digunakan secara optimal, baik untuk keperluan sekolah maupun keperluan misi dari kongregasi. Peralatan yang tersedia sebenarnya dapat digunakan untuk pelatihan agar para bruder semakin maksimal dalam mengemban karya- karya misinya, khusunya yang berkaitan dengan tugas pengutusan sebagai saksi kristus.
            Perangkat komputer di ruang laboratorium dapat digunakan untuk membuka penerbitan buku ajar, renungan harian, poster rohani, kesaksian iman katolik dan warta gereja, serta animasi atau bahkan film pendek. Selain itu, fasilitas internet yang ada dapat digunakan untuk mengelola situs web kongregasi khususnya layanan konsultasi online dan layanan rohani secara elektronik lainnya.


Bijak berteknologi
            Kemampuan untuk menggunakan perangkat TI, khususnya internet, dikenal sebagai e-Literacy, artinya tidak semata dapat mengoperasikan internet melainkan para bruder juga dapat mendayagunakannya untuk mendukung aktivitas sehari-hari, seperti pertemuan katekumen, rapat kerja kongregasi, konsultasi, belajar mengajar, atau kegiatan lainnya yang dilakukan secara online.
            E-literacy  baru dimiliki oleh sedikit orang. Hal itu diakibatkan oleh terbatasnya penyediaan infrastruktur intenet, sedikitnya program, dan dana sosialisasi internet. Selain itu, terbatasnya jumlah SDM (Sumber Daya Manusia) yang mampu untuk membagikan pengetahuan dan keterampilan berinternet-nya kepada masyarakat.  Sebenarnya, para bruder dapat mengajar anak-anak muda untuk menggunakan internet guna memperkembangkan hidupnya, seperti membuka toko, kursus, atau situs bisnis yang menjual karya- karya desain grafis secara online yang tidak menuntut modal finansial yang besar.
            Pemanfaatan internet secara optimal tentu saja tidak hanya membutuhkan e-literacy semata. Hal ini didukung juga dengan kemapmuan pendayagunakan informasi sesuai dengan konteks yang dihadapinya yang disebut dengan istilah information literacy (i-literacy).
            Disini artinya, pengguna tidak cukup hanya mampu menemukan informasi melalui mesin pencari (search engine) saja, tetapi dapat mendayagunakannya untuk sejumlah keperluan yang positif dan menghasilkan nilai lebih secara signifikan. Disamping itu, pengguna juga mampu mengolahnya menjadi sumber daya pengetahuan, misalnya, dari informasi- informasi yang diperoleh di internet lalu diolah menjadi buku, sehingga penulisnya akan mendapatkan royaliti.


TIK di Tangan Bruder
            Teknologi menjadi penting bagi para bruder, khususnya para bruder dalam kongregasi FIC yang lebih banyak bergerak dalam bidang pendidikan. TIK dapat dioptimalkan untuk meningkatkan kualitas pengajaran. Melalui TIK, para bruder dapat memperoleh berbagai macam materi ajar yang baru, sehingga para siswa yang dibimbing dapat didorong untuk menggunakan teknologi dan dapat memperkembangkan dirinya. Selain itu, para bruder dapat ikut mengelola kehidupan berjemaat dengan teknologi tersebut.  
            Para bruder dapat mempelopori untuk menciptakan transparansi sistem manajemen, khususnya keuangan dengan TIK. Kendali dan kontrol terhadap manajemen dan keuangan sekolah dan kongregasi dapat dilakukan dengan teknologi ini. Para bruder dapat menjalankan tugas pendampingan umat melalui teknologi ini, terlebih saat ini anak-anak muda sudah sangat akrab dengan TIK.
            Sapaan dan bimbingan rohani dapat dilakukan melalui perangkat-perangkat ini. Modernisasi ini diperlukan untuk meremajakan layanan dan kiprah para bruder di tengah umat. Para bruder juga dapat membuat komunitas online dengan para pengusaha, sehingga para bruder dapat memberikan layanan rohani dan sebaliknya para pengusaha dapat memberikan beasiswa ataupun bantuan lainnya, karena mendapatkan informasi yang cepat dan akurat dari para bruder.

            Dengan demikian, TIK merupakan alat semata. Para bruder dapat menentukan pemanfaatan dan fungsinya sesuai dengan hidup panggilan para bruder.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar